Filipina-Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta rakyatnya untuk
menerima penguburan mantan diktator Ferdinand Marcos di makam pahlawan. Hal ini
disampaikan Duterte di tengah gelombang protes menentang protes kemarahan atas
keputusan kontroversial tersebut.
“Presiden Marcos adalah seorang
presiden untuk waktu yang lama dan dia adalah seorang tentara.
“Jadi begitulah, apakah dia
melakukan pekerjaannya dengan lebih baik atau buruk, tidak ada penelitian,
tidak ada film mengenai hal itu.
Hanya ada tantangan dan tuduhan dari
pihak yang berseberangan dan hal itu tidak cukup,” tambahnya.
Mahkamah Agung Filipina awal pekan
ini memutuskan mengizinkan Marcos untuk dimakamkan di Libingan ng mga Bayani
(LNMB) atau makam pahlawan Filipina. Keputusan itu didasari fakta bahwa sang
diktator memenuhi semua syarat untuk dimakamkan di sana.
Terlepas dari tindakannya selama
menjabat, Marcos adalah seorang mantan presiden, panglima perang dan tentara
pemegang medali kehormatan. Selain itu, sampai saat ini Marcos tidak pernah di
dakwa atas kejahatan apa pun.
Keputusan ini mendapat protes keras
dan kecaman dari sebagian rakyat Filipina yang pernah hidup dan menjadi korban
kekejaman rezim Marcos. Mereka berpendapat, semua perbuatan sang diktator
selama berkuasa membuatnya tidak pantas disebut sebagai pahlawan dan dimakamkan
di LNMB.
Marcos memerintah Filipina dari 1965
sampai 1986 dan dikenal sebagai diktator yang memberlakukan hukum militer di
negara itu. Dia juga dituduh melakukan sejumlah pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) dan menggarong uang negara sebesar lebih dari USD10 miliar untuk
kepentingan pribadi dan keluarganya.
Rezim Marcos berakhir setelah dia digulingkan
di tengah pergolakan politik Filipina pada 1986. Setelah dilengserkan, Marcos
melarikan diri ke Hawaii di mana dia hidup dalam pengasingan sampai meninggal
dunia pada 1989. Keluarga Marcos terus membantah melakukan kesalahan dan
penyalahgunaan kekuasaan.
(HD,Azis)