Halloween party ideas 2015





                                                                                                                       Foto:Okz,Ist/Harian Detik


JAKARTA - Laut Sabah sama sekali belum aman meski perjanjian trilateral keamanan maritim dan prosedur operasional standar patroli gabungan sudah dirampungkan antara pemerintah Indonesia, Filipina dan Malaysia. Buktinya adalah dua penyanderaan WNI di perairan Malaysia.

Kedua insiden itu pun hanya berselang dua pekan, yakni pada 5 November siang dan 19 November petang waktu setempat. Oleh karena itu, Merah Putih terus mendesak Negeri Jiran memperhatikan betul keamanan perairannya.

"Kita terus meminta dan mendesak kepada pemerintah Malaysia untuk meningkatkan keamanan di wilayah Sabah. Itu yang dilakukan Bu Menlu RI Retno LP Marsudi beberapa waktu lalu," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanatha Natsir merujuk kepada kunjungan Menlu Retno ke kantor Menteri Besar Sabah Dato Musa Aman pada 8 November di Kinabalu.

Jubir yang akrab disapa Tata itu menjelaskan, dalam kunjungan resmi itu, Menlu Retno sudah mengingatkan kepada otoritas keamanan di Malaysia bahwa Sabah merupakan daerah yang cukup berbahaya. Untuk itu, diminta dengan sangat agar mereka meningkatkan keamanan di kawasan perairan rawan perompakan tersebut.

"Selain itu, kita juga mengimbau agar perusahaan-perusahaan penangkapan ikan dan pelayaran Malaysia yang mengais rezeki di Sabah untuk sementara memperhatikan keadaan keamanan dan tidak memaksa atau mengirimkan anak buah kapalnya untuk melaut di sana," sambungnya.

Menlu sendiri dalam kesempatan tersebut juga mendatangi dan menemui langsung para nelayan Indonesia yang bekerja di Malaysia. Selain menyampaikan perhatian dari pemerintah, mantan dubes RI untuk Norwegia dan Islandia itu juga menyarankan kepada para awak kapal untuk berhati-hati apabila keadaan di Sabah masih seberbahaya ini.

"Kami dari Kemlu menyarankan mereka untuk tidak melaut, karena ini untuk kepentingan bersama. Ini kepentingan malaysia untuk bisa menjamin ABK selamat dan kepentingan otoritas Malaysia pula untuk memastikan kawasan ini aman sehingga perusahaan ikan mereka bisa menghasilkan di sana," tambah Tata.
Desakan pemerintah Indonesia ke pemerintah Malaysia selanjutnya akan terus disuarakan melalui Konsulat Jenderal RI di Tawau. Tata mengungkap, setelah penculikan kedua terjadi, KJRI Tawau langsung mengingatkan lagi kepada perusahaan penangkapan ikan Malaysia bahwa keadaan perairan Sabah belum aman.

"Sekali lagi melalui KJRI Tawau, pemerintah Indonesia mengimbau agar sementara menghindari melaut di daerah-daerah yang diduga sangat rawan ini. Kami juga minta perusahaan ikan yg merupakan pemilik kapal ikan tempat kedua ABK WNI kita bekerja untuk bertanggung jawab dalam proses upaya pembebasan karyawannya," tutup Tata.

(HD,Azis)

Pages

Powered by Blogger.